Surat Untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Saya Atas Hal-Hal Ini

Dear diriku, apa kabar?

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di timelineku. Jemariku yang menggulir layar tanpa benar-benar tahu apa yang kucari, mendadak berhenti. Unggahan foto itu sederhana, tanpa lokasi-lokasi wisata yang hits ataupun gaya hidup yang otentik. Hanya sebuah foto hitam dengan sebuah pertanyaan: Jika diminta berkirim surat pada diri sendiri, apa yang akan kau sampaikan?

Pertanyaan itu menohok sempurna di dada, membuatku ingat kita terakhir kali ngobrol sudah berapa lama? Kapan terakhir kali saya bertanya padamu: Apa kabarmu? Percakapan yang seharusnya kita punya sudah ditelan banyak sekali kesibukan dan hasrat untuk menyenangkan orang. Jadi, bersama dengan surat ini dan ditemani lagu Sementara dari Float dan Rehat dari Kunto Aji, saya ingin minta maaf padamu atas semua yang sudah terjadi.

Maaf sudah membuat badan ini bekerja menyerupai orang asing yang lupa menggunakan logika. Aku sadar bahwa yang kita butuhkan bukan hanya bonus besar di selesai bulan

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

kerja tanpa logika via pixabay.com

Ingat dikala kupaksa kau untuk bekerja menyerupai orang gila? Dengan alasan ingin membuat kesan yang baik di dunia pekerjaan (well, yah, demi segepok bonus di selesai pekan untuk beli ini itu), kugadaikan waktu istirahat dengan alasan “Ah, mumpung masih muda”. Kini terlontar di pikiran, apa mungkin alasan yang bekerjsama yaitu “Ah, mumpung belum sakit ini”. Padahal saya tahu kau butuh waktu untuk istirahat dengan layak. Padahal, saya juga tahu bahwa kau sudah berada di ambang keletihan.

Maaf sudah membuat hati kita remuk membiru lantaran bertahan di kekerabatan yang tidak sehat. Aku mengerti tak seharusnya cinta terus-terusan dijadikan alasan

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

bertahan di toxic relationship via nextfeed.com

Aku juga pernah memaksamu untuk bertahan bersama seseorang yang bekerjsama tak layak diperjuangkan. Aku bersikeras memaklumi, alasannya yaitu ia telanjur membawa hati kita. Melepaskannya yaitu hal yang sulit dan penuh dengan luka di hati. Namun, saya juga sadar bahwa lebam-lebam di hati itu semakin hari semakin membiru. Aku tahu, memaksa bertahan dalam kekerabatan yang tidak sehat hanya akan membuat diri kita sekarat. Tapi sudah usai. Semua luka itu sudah kuakhiri, dan saya paham kita berhak menemukan seseorang yang lebih baik lagi.

Maaf sudah mengabaikan jerit lelah dari badan lantaran kupaksa mengikuti permintaan sahabat keluar di selesai pekan hanya lantaran memuasi rasa tak enakan

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

mengiyakan semua ajakan/freepik via www.freepik.com

Terkadang menjadi makhluk sosial itu sungguh melelahkan, ya. Aku begitu takut dianggap sosok yang sombong dan antisosial. Aku juga takut menyakiti hati orang, dan kemudian jadi omongan di belakang. Karenanya, saya tetap bilang “iya” setiap kali sahabat minta ditemani jalan-jalan di selesai pekan. Padahal kau sedang luluh lantak sehabis diforsir bekerja habis-habisan mulai Senin hingga Jumat. Kamu hanya butuh tidur, tapi saya memaksamu untuk jalan-jalan hanya lantaran menuruti hati yang tak enakan ini.

Maaf sudah memaksamu untuk tetap jadi orang paling ramah di bumi, padahal satu-satunya yang kau inginkan hanya menarik diri dan menyendiri

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

jadi orang paling ramah di bumi/Rawpixel via www.freepik.com

Tahu tidak, saya benar-benar iri pada kucing. Makhluk berbulu itu bahkan tak harus memasang wajah ramah dan antusias untuk dapat disukai. Ekspresinya begitu-begitu saja dan bahkan tingkahnya menyebalkan, tapi tetap saja ia disayangi oleh hooman. Sebagai manusia, kita tak dapat begitu. Karena itulah dulu saya sering memaksamu tetap tersenyum dan tertawa seolah kepedihan bolos dari kehidupan kita, meski satu-satunya yang kau inginkan hanya menyendiri. Maaf, tak akan kuulangi lagi dikala ini. Kamu pun berhak untuk badmood dan bersedih hati.

Maaf sudah menghentikan sepihak mimpi yang kita rancang, hanya lantaran orang bilang kita menyerupai mimpi siang-siang

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

membunuh mimpi via unsplash.com

Pernah suatu hari kau mempunyai mimpi yang cukup tinggi. Memang tak setinggi mimpi mengentaskan kemiskinan, ataupun membuat perdamaian dunia. Mimpi yang cukup sederhana bagi umat manusia, yang sayangnya, kurasa itupun tak layak kita mimpikan. Masalahnya hanya lantaran orang bilang mimpi itu menyerupai mimpi di siang bolong yang tak mungkin tercapai. Maaf lantaran saya eksklusif aben mimpi itu tanpa memberi kesempatan padamu untuk mencoba. Padahal, jika belum coba, tahu dari mana?

Maaf sudah menjadi pengritik terkejam dan orang yang paling sulit memaafkan atas segala kesalahan yang kau lakukan

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

menyerah dengan terlalu gampang via unsplash.com

Jika saya bangun di depan cermin dan bertanya “mirror-mirror in the wall, katakan siapa orang terkejam di dunia,” maka cermin itu sudah memantulkan jawabannya. Kejam yang kumaksud di sini yaitu dikala saya menghakimimu, diriku sendiri. Setiap kesalahan yang kau buat, selalu kutanggapi dengan makian. Setiap kegagalan yang terjadi, selalu kuungkit-ungkit lagi. Setiap mimpi-mimpi yang kau buat selalu kurespons kejam dengan alasan “Memangnya kau bisa?”. Maaf ya, saya lupa bahwa kau yaitu insan biasa yang tak luput dari salah dan dosa.

Maaf lantaran selalu lupa bilang terima kasih pada setiap keberhasilan yang kita capai. Kadang keberhasilan orang membuatku lebih silau

Semua ini berawal dari unggahan di Instagram itu lewat begitu saja di  Surat untuk Diri Sendiri: Dear Diriku, Maafkan Aku Atas Hal-Hal Ini

lupa mengapresiasi diri sendiri via unsplash.com

Kalau dipikir-pikir, saya ini tidak adil, ya. Aku mengritik setiap kesalahan yang kau lakukan, tapi lupa mengapresiasi segala prestasi yang kau capai dengan segala keletihannya. Yah, alasannya lantaran prestasi itu tidak terlalu signifikan dan masih jauh dari sasaran pencapaian. Kadang juga keberhasilan itu masih sangat jauh dari prestasi orang lain. Maafkan saya atas minimnya apresiasi untuk segala yang telah berhasil kita lalui. Kita bukan orang paling gagal di dunia, dan kau berhak atas apreasi yang sama dengan orang lainnya.

Dear diriku, maafkan saya atas segala kejahatan-kejahatan yang kulakukan di masa lalu. Aku memperlakukan orang dengan penuh penghargaan, tapi saya lupa kau juga butuh pengertian. Dear diriku, maaf atas segala apresiasi yang luput kusampaikan. Aku berterima kasih lantaran engkau telah berjuang dan bertahan hingga di detik ini. Mari kita lebih kompak lagi di depan, dan mengusahakan kebahagiaan kita sendiri



Sumber harus di isi
Previous
Next Post »

Silahkan Berkomentar Sesuai Topik Artikel | Semua Komentar Anda Akan Saya Hargai | Semua Pertanyaan Anda Akan Saya Jawab Secepat Mungkin Dan Sesuai Kemampuan Saya

Catatan :
1. Berkomentarlah Dengan Kata Yang Bijak Dan Sopan
2. Dilarang Menghina Dan Melecehkan
3. Dilarang Spam
4. Dilarang Menaruh Link Aktif
5. Komentar Yang Berbau Porno Akan Di Hapus
6. Komentar yang Relavan

Saya Harap Setelah Anda Membaca Artikel Ini, Anda Menyempatkan Diri Untuk Membagikan Artikel Ini :) Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment